Minggu, 23 Juli 2017

[Review] - Dunkirk


Dunkirk merupakan karya terbaru Christopher Nolan, sutradara dan penulis yang sudah menghasilkan beberapa masterpicece secara berturut-turut dengan rating yang luar biasa tingginya. Bagi para pencinta film dan sejarah perang dunia, Dunkirk tentunya tidak boleh dilewatkan sama sekali. Bagi pengamat teknikal sinematografi, Dunkirk juga tak boleh dilewatkan.

Berlatarbelakang kisah nyata perang dunia II, tepatnya perang eropa tahun 1940 antara Jerman melawan pasukan sekutu gabungan Inggris-Perancis. Dunkirk sendiri merupakan nama pantai tempat pasukan Inggris-Perancis dikepung tak berdaya, mereka sudah kalah dan ingin pulang, namun Jerman yang berencana menjadikan Dunkirk sebagai tempat pembantaian massal membuat mereka hanya menunggu dua hal, yaitu ajal atau keajaiban.

Mengenai pentingnya Pertempuran "Dunkirk", Christopher Nolan menyatakan, "Ini adalah momen penting dalam sejarah Perang Dunia II. Jika evakuasi ini tidak berhasil, Inggris pasti akan menyerah dari Jerman dan seluruh dunia akan hilang." Keberhasilan evakuasi memungkinkan Winston Churchill memaksakan gagasan kemenangan moral yang memungkinkannya kemenangan sekutu karena telah menggembleng pasukannya seperti warga sipil dan memaksakan semangat perlawanan. Sementara dalam logika umum, seharusnya terjadi penyerahan.

Diwujudkan dengan tone visual ala Nolan yang sudah lekat, Dunkirk juga didukung dengan komposisi latar suara yang seringkali menggetarkan hati. Bayangkan saja, fakta bahwa Hans Zimmer sang komposer yang kabarnya memakai jam tangan Nolan untuk membuat suara detik jam. Film ini juga sangat jenius dalam memadatkan cerita serta membangun karakter-karaker serta sudut pandang mereka dari nol hingga akhirnya terkoneksi satu sama lain. Tiap adegan dan transisi bagi saya seluruhnya penting.



Sebagai catatan, kali ini Nolan tidak akan membuat anda berfikir lebih keras untuk memahami alur cerita. Tidak seperti film-film sebelumnya yang membuat anda lelah menyusun puzzle alias plot rumit yang akhirnya menjadi luar biasa puas jika bisa memecahkannya. Anda cukup duduk dan siapkan diri untuk ikut "merasakan" apa yang dirasakan tiap-tiap karakter.

Namun bukan berati juga anda bisa santai sambil mengunyah popcorn, karena Dunkirk menyajikan ketegangan yang sangat intens. Dunkirk mengajak penonton untuk turut merasakan perasaan tentara yang terjebak di Dunkirk saat itu, turut merasakan bagaimana dilema warga sipil yang rela meninggalkan rumah demi menjemput para tentara. Walaupun sangat minim dialog namun saya yakin penonton dapat mengerti dan merasakan konflik batin yang dialami tiap karakter, membuat penonton tidak boleh 'senang' saat menonton Dunkirk.

Terbukti, saat saya menonton film ini, saya merasa ingin cepat selesai saja, ingin cepat pulang ke rumah. Mirip dengan apa yang dirasakan para tentara sekutu di film ini. Setiap tekanan, ketakutan, kerinduan yang dialami tiap karakter pun bisa ikut dirasakan penonton. Inilah yang mungkin membuat durasi film ini cukup cepat, tidak sampai dua jam.

Dunkirk bukan sekedar film tembak-tembakan, bukan sekedar drama perang. Keseimbangan aksi, drama, latar lagu, efek visual dan efek suara yang realistis karena beberapa memakai properti dan lokasi asli, membuat Dunkirk menjadi film yang sangat berkualitas dan realistis. Belum lagi deretan aktor papan atas Hollywod yang mengisi film ini seperti Tom Hardy, Mark Rylance, hingga personel One Direction yang sensasional Harry Styles membuat film ini makin "mahal".

Dan bukan Nolan namanya jika tidak memberikan kejutan di akhir cerita. Silakan menonton dan menyaksikan sendiri bahwa Dunkirk ditutup dengan mantap, mewah namun tak berlebihan. Namun walaupun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa film ini bukanlah karya terbaik Nolan.

Rating saya : 8.5/10




Read Another


CATEGORIES


Tags


3 komentar :