Kamis, 16 Juni 2016

Review: Now You See Me 2


The Closer You Look, the Less You See

Now You See Me 2 (NYSM2) punya daya tarik sendiri yang diakibatkan oleh efek magis Now You See Me (NYSM) pertama tahun 2013 lalu. Dengan sajian visualnya yang mewah, NYSM berhasil menghipnotis penikmat film-film 'mind-bending' dan khususnya para pencinta pertunjukan seni sulap modern.

Ekspektasi tinggi NYSM2 dari para penonton NYSM jelas sudah dipikul sejak dimulainya franchise NYSM. Sayangnya sekuel NYSM ini tidak berjalan terlalu mulus. Dimulai dari hilangnya sosok Henley Reeves (Isla Fisher) yang menjadi satu-satunya wanita di dalam anggota The Four Horsemen yang digantikan oleh Lula (Lizzy Caplan). Walaupun demikian, tidak dipungkiri juga bahwa Lizzy terlihat berusaha keras untuk tidak bermain buruk. Sementara aktor sekaliber Morgan Freeman dan Mark Ruffalo tidak terlalu banyak diberikan ruang bagi karakternya untuk berkembang. Sedangkan sisanya hanya pelengkap. Bahkan hadirnya kembaran Merritt McKinney mestinya tidak terlalu diperlukan.  

Dua aktor yang paling menarik perhatian saya di film NYSM ini adalah Jesse Eisenberg tentunya, plus Daniel Radcliffe. Daniel Radcliffe (Walter Mabry) sebagai sosok villain yang memberikan karakter baru, yang humoris namun sadis. Dan Jesse Eisenberg bisa dikatakan pantas menjadi MVP di film ini dengan karakter dan mimik wajahnya yang selengean namun tetap cool apalagi dengan rambutnya yang sekarang tipis-tipis keren karena sebelumnya dituntut memerankan Lex Luthor di Batman v Superman justru membuatnya lebih oke dari penampilan sebelumnya. Lalu the best scene menurut saya yaitu adegan yang paling saya suka, adalah saat Daniel Atlas mengendalikan hujan. Bagian itu nyaris sempurna!



Saya pribadi tidak peduli apakah sulap dan trik-trik yang disajikan mustahil atau tidak di dunia nyata, yang penting pada eksekusi visualnya dapat menghibur dan memberikan efek 'Wah' bagi yang menontonnya. Namun terlihat bahwa NYSM2 kali ini lebih mengandalkan komedi dengan bumbu action yang porsinya cukup banyak yang artinya dari segi entertain-nya dapat dikatakan cukup berhasil. Saya pun cukup banyak tertawa di sepanjang film, walaupun ada guyonan klise dan agak memaksa namun oke, tetap dapat diterima.

Dilihat dari pola ceritanya, secara garis besar NYSM2 hampir mirip dengan NYSM. Namun NYSM2 ini terlihat terlalu buang-buang waktu pada bagian awal dan tengahnya. Banyak dialog dan adegan yang saya rasa tidak perlu, namun banyak juga penjelasan yang terlalu terburu-buru. Kekuatan ceritanya sendiri lemah karena premis, konflik, twists dan konklusinya masih dibilang terlalu ringan untuk kelas film sejenis. Entah hal ini dimaksudkan untuk memperluas pangsa pasar atau apa. Tapi dengan pesulap legendaris David Copperfield sebagai konsultan produser, mestinya NYSM2 bisa lebih baik dari ini.

Dan akhirnya bukan NYSM namanya kalau tidak menjadikan kemewahan visual dan plot twist sebagai senjata utamanya. Dan senjata utama yang diletakkan di pertunjukan terakhir inilah yang menjadi penutup, walaupun terlambat namun saya rasa cukup untuk membayar kekurangan-kekurangan yang ada di bagian awal hingga pertengahan film.



Review Bahasa Indonesia





Read Another


CATEGORIES


Tags


0 Comment :