Rabu, 20 Januari 2016

[Review Film] The Wave (Bølgen) (2016)


Menarik ketika film asal Eropa Utara ini mengangkat tema 'disaster' berbasis ilmiah non-fiksi. Dilihat dari judul dan posternya saja, kita sudah tau apa yang akan diceritakan film ini secara garis besar. Ya, The Wave (Judul asli: Bølgen) mungkin terdengar seperti judul yang cukup umum dan membosankan. 

Namun film ini menjadi lebih mengena dan nyata, saat pada bagian awal ditunjukkan beberapa video bahwa film ini diangkat dari sebuah bencana tsunami besar di Norwegia tahun 1934 akibat patahan gunung. Film ini juga termasuk film yang dikirim dalam kategori Best Foreign Language untuk piala Oscar 2016, yang menambah alasan untuk wajib menonton film ini.

Selain mendebarkan, film ini juga bisa mengacak-acak emosi penonton. Entah bagaimana, saya merasakan bahwa film ini mempunyai sisi magis disini. Jika diikuti, anda akan menyaksikan sebuah film dengan alur yang sudah sangat umum ditemukan. Sekali lagi, alur dan naskah The Wave tidaklah macam-macam. Benar-benar standar, dan banyak adegan klise. Penonton pun pasti bisa menebak jalan ceritanya dengan mudah.

Lalu mungkin penonton akan dibuat 'gemes' dan ngomong sendiri dalam hati, "ih kenapa dia gak begitu? kenapa dia gak lari kesitu? kenapa dia diselametin?". Dan tanggapan pada umumnya ketika sedang menonton film seperti ini.

Tetapi anehnya, film ini tetap berhasil mempermainkan emosi, membuat saya larut. Ini bukan hanya tentang bencana yang ingin ditonjolkan, namun tentang bagaimana kekuatan 'firasat' seorang geologis yang merangkap sebagai seorang ayah. Diperankan oleh aktor lokal, Kristoffer Joner yang juga didaulat untuk membantu bermain dalam The Revenant, saya pikir bukanlah aktor ecek-ecek. Terbukti juga saat melihat performanya di film Bølgen ini. Beberapa hal itulah yang saya rasa sebagai efek dari sisi magis The Wave.

Memang dari segi visual efek, bisa dibilang kurang banyak dan kurang lama, tetapi tepat disajikan pada momen-momen krusial. Cukup untuk menggambarkan bagaimana pemandangan daerah pegunungan serta lembah yang indah, damai dan asri, hancur tiba-tiba hanya dalam hitungan menit. Artinya memang lagi-lagi bukan efek visual yang ingin ditonjolkan. Berhubung juga karena ini bukanlah film Hollywood, jadi saya rasa visual efek yang disajikan memang sudah paling maksimal.

Paling tidak setelah tahun lalu ada San Andreas, film ini adalah film bertema bencana alam yang layak tonton di awal tahun 2016. Untuk keseluruhan filem ini terlihat aman. Baik dari segi akting, visual efek, serta skoring musik. Ditonton untuk keluarga juga bisa dibilang aman.




Read Another


CATEGORIES


Tags


0 Comment :