Senin, 23 November 2015

[Movie Review] The Hunger Games: Mockingjay - part 2

The Huger Games: Mockingjay - Part 2

"Our lives were never ours, they belong to Snow and our deaths do too. But if you kill him, Katniss, all those deaths, they mean something." (Peeta)

Ketika anda menonton film ini pastilah anda telah menonton sekuel-sekuel sebelumnya. Sebenarnya tidak ada yang perlu direview terlalu jauh untuk film ini. Puas tidaknya anda tergantung pada ekspektasi dan seberapa jauh pengetahuan anda tentang The Hunger Games (THG).

Hanya saja saya ingin mengungkapkan bahwa ketertarikan saya dengan seri The Hunger Games bermula ketika saya menonton THG pertama. Saya tergoda dengan konsep cerita yang terbilang ekstrim. Ditambah waktu itu saya melihat penampilan Jennifer Lawrence yang sangat impresif. Cocok sekali menyamar dibalik tokoh Katniss Everdeen. Peran yang menyatu yang membuat semua orang benar-benar mencintainya.

Ya, rata-rata kesuksesan film berseri ditentukan di seri pertama dan akhirnya. Bagaimana film pertama membuat masyarakat jatuh cinta, seri pertengahan sebagai media bagi perkembangan cerita dan karakternya, sedangkan seri terakhir adalah penutup yang mestinya dianalogikan menjadi semacam hidangan penutup yang membuat kita merasa benar-benar 'kenyang' dan terpuaskan.

Dan ketika melihat akhir dari seri THG ini, saya pribadi merasa cukup puas . Sebagai non-reader dari novelnya, saya beranggapan bahwa memang tidak mudah untuk memenuhi semua elemen novel ke dalam film. Pasti ada saja unsur yang hilang dan mungkin menjadi kekecewaan tersendiri bagi para fans-nya. Karena malahan saya merasa durasi 2 jam masih belumlah cukup untuk menggambarkan keseluruhan kisah dari berbagai perspektif, mengingat banyaknya jumlah karakter.

Mungkin juga karena porsi yang terlalu banyak pada Jennifer Lawrence, walaupun tidak masalah karena wajahnya juga enak dilihat :) Namun porsi Katniss seharusnya bisa digunakan untuk melihat perspektif dari karakter lain. Belum lagi dialog-dialog yang terlampau panjang di awal film membuat penonton menunggu-nunggu aksi yang mendebarkan di Capitol.

Tapi terlepas dari itu semua, patut diakui bahwa seri THG memang sensasional. THG adalah sebuah sajian pelopor dari kisah yang menjadi populer, berlatar dunia distopia ketika kebusukan politik berimbas tragedi yang dikemas dengan gaya modern perfileman abad 21. Visual efek mumpuni serta penempatan musik latar yang 'dingin' dan menggetarkan menjadi pelengkap. Aktor dan aktrisnya turut berkembang bersama karakternya dan ikut populer bersamaan dengan filmnya.

Untuk Mockingjay part 2 sendiri, walaupun banyak adegan yang masih itu-itu saja tapi menjadi trademark yang sangat kuat. Contohnya saya masih merinding ketika para pemberontak mengangkat tiga jari mereka di hadapan Katniss. Atau saat Katniss berpidato. Saya juga selalu suka adegan Katniss ketika memanah.

Lalu beralih ke kisah cinta segitga Katniss, Peeta dan Gale yang menurut saya sangat dewasa dan dinamis dalam artian tidak melulu romasa puteri cantik dan pangeran tampan dengan ending kebahagiaan stereotip, melainkan ending hasil dari perjuangan cinta dibumbui ironi berdarah yang melelahkan.

Secara keseluruhan, Mockingjay Part 2 ini penuh dengan kegelapan, teror, ironi dan dilema akibat manusia yang haus akan kekuasaan. Tak ada tawa terdengar, bahkan saya tidak sedikitpun tersenyum saat menonton. Ya memang begitulah seharusnya akhir kisah THG. Selesai sudah, jangan berharap banyak kejutan karena film base on novel tentu tidak akan jauh melenceng. Tinggal bagaimana cerita itu disajikan secara visual, yang memang sudah terbukti dikemas dengan baik.




Read Another


CATEGORIES


Tags


1 komentar :