Sabtu, 22 Oktober 2016

Logika dan Naluri


Weekend? it's time to blogging!

Beberapa tahun saya belakangan ini, saya sering berkutat dengan bidang yang menjadi pekerjaan saya sekarang. IT dan Web Development. Dari kuliah, sampai bekerja, ya hanya seputar itu. Sebuah bidang pekerjaan yang menuntut logika kita bekerja terus menerus. Kesalahan atau lupa 1 baris kode saja bisa menjadi bencana. Sebuah kegiatan yang terkesan mengerikan namun entah kenapa saya belum merasakan bosan untuk dijalankan secara rutin setiap hari. 

Menyenangkan? mungkin. Mengerikan? tentu bagi sebagian orang. Bayangkan, setiap sistem yang kita buat, tidak akan pernah sama dengan sistem lainnya. Pasti ada saja yang membuatnya berbeda. Dan perbedaannya itu terkadang terlihat sederhana namun drastis.

Walaupun hanya duduk menulis kode selama ber-jam-jam namun rasanya seperti berlari. Entah berlari mengejar apa. Berlari mengejar waktu mungkin. Atau mengejar kepuasan setelah berhasil menyelesaikannya? Bisa jadi keduanya.

Namun, 

Saya baru menyadari ketika yang saya kerjakan selama ini tidaklah sesulit yang dibayangkan. Ketika kita berhadapan dengan sebuah alat komputasi canggih yang disebut Komputer, ternyata akan lebih mudah dibanding berhadapan dengan Manusia. Mudahnya seperti ini: jika komputer kita berikan perintah A, maka sudah pasti 100% akurat komputer akan melakukan perintah A dengan kecepatan proses hitungan milidetik. Tetapi ketika manusia diberi perintah A, kita tidak akan pernah tau pasti apa dan bagaimana responnya. Dan kita tidak tau pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk merespon.

Diatas adalah contoh sederhana bagaimana sulitnya mempelajari konsep Manusia.
Kenapa tiba-tiba tertarik membahas ini? Entahlah, sekarang sudah hampir pukul 1 pagi dan mungkin hanya ingin menulis apa yang ingin ditulis.

Ya, kira-kira begitulah, setelah sekian lama berkutat dengan bidang IT, bagaimana bisa hal-hal fundamental IT sangat melekat hingga saya selalu melihat segala sesuatu secara rasional, sesuatu yang bisa diterima adalah sesuatu yang bisa diterima juga bagi akal sehat. Ketika itu saya merasa hati kecil saya hampir mati karena itu tadi, saya terlalu banyak berfikir tentang banyak hal. Rasionalitas yang saya asah tanpa sadar menggerus kepekaan saya terhadap hal-hal yang bukan ilmu pasti.

Mulai dari kesadaran inilah saya memutuskan untuk lebih banyak belajar tentang lebih banyak hal yang tidak hanya dapat di-nalar namun belajar tentang lebih banyak hal yang hanya dapat dimengerti oleh hati. Ketika disini naluri yang dituntut untuk bekerja menggantikan logika yang malah seakan berhenti bekerja.

Absurd sekali bukan?
Ya, maaf telah menyia-nyiakan waktu anda untuk membaca ini.




Read Another


CATEGORIES


Tags


3 komentar :

  1. Postingan Oktober 2016 tapi gw baru liat nih gan. Nggak papa ya. Nggak ada kata terlambat kan untuk komen ? hehehe

    Memang lebih sulit berhadapan sama manusia. Dan... sialnya gw berkecimpung di profesi yang tugas utamanya adalah berhadapan dengan manusia haha. Tapi mungkin bisa diambil sisi positifnya. Mungkin itu cara biar gw berkembang terutama untuk segi soft skill gw.

    BalasHapus
  2. Ada orang bilang lebih gampang berhadapan dengan kambing daripada dengan manusia :), mungkin itu benar, karena kita ini diciptakan unik dan berkehendak.

    BalasHapus
  3. Saya baru menyadari ketika yang saya kerjakan selama ini tidaklah sesulit yang dibayangkan. Ketika kita berhadapan dengan sebuah alat komputasi canggih yang disebut Komputer, ternyata akan lebih mudah dibanding berhadapan dengan Manusia.
    promo asuransi jiwa online

    BalasHapus