Minggu, 03 Juli 2016

[Review] The Legend of Tarzan


"My name is John Clayton"


Siapa yang tidak mengenal Tarzan? Tokoh raja hutan legendaris ini hadir di setiap zaman dengan berbagai versi cerita dan berbagai bentuk, baik film, kartun, buku maupun tv series yang jumlahnya tak terhitung. Kali ini kisah Tarzan kembali diangkat dengan judul The Legend of Tarzan (TLoT) yang akan memiliki alur dan karakter yang berbeda dari film-film Tarzan sebelumnya.

Film arahan sutradara kondang David Yates yang sukses besar dengan Harry Potter-nya ini berani keluar dari lagu lama "romansa antara Jane dan Tarzan" menuju ke arah intrik politik dengan skala yang cukup besar dan serius, namun tetap dibumbui dengan kepentingan individu masing-masing.

Scene demi scene disajikan secara perlahan-lahan namun mantap seakan membuka lapis demi lapis kisah dari permukaan hingga ke dasar. Manajemen waktu yang disusun cukup rapih sehingga terkesan tak ada waktu yang terbuang percuma. Eksotisme alam liar ala hutan tropis yang basah, gelap dan dingin beserta hewan-hewan buasnya berhasil divisualisasikan dengan indah, walaupun kadarnya tidak sebanyak dan sekompleks The Jungle Book. 

Beberapa adegan yang melibatkan close-up CGI seakan memamerkan detail yang mahal. TLoT banyak mengandalkan komunikasi non-verbal, contohnya ada pada beberapa adegan yang melibatkan ekspresi hewan, itupun juga dieksekusi dengan baik. Namun dibalik itu masih ada sedikit detail pewarnaan dari beberapa bagian adegan yang kurang menyatu.

Menilik segi pemain, piawai dan dinginnya Leon Rom (Cristoph Waltz) dalam memposisikan diri sebagai sosok antagonis tunggal menjadi salah satu faktor yang membuat TLoT makin menegangkan secara emosional. Alexander SkarsgÄrd dengan bodinya yang eight-pack penuh otot besar nan padat dipoles dengan sedikit efek makeup membuat penggambaran seorang Tarzan berkali-kali lipat lebih sangar dari sebelumnya. Dan dari pengakuannya sendiri, ia memerlukan diet dan latihan khusus untuk membentuk badannya. Sedangkan sosok Jane (Margot Robbie) yang manis namun tangguh seakan memang ingin menekankan bahwa dialah satu-satunya pasangan yang serasi bagi seorang Tarzan.


Bicara sudut pandang, penonton akan ditempatkan pada posisi George Washington Williams (Samuel L. Jackson), seorang politisi yang dihadapkan oleh sebuah pengalaman de'javu terhadap peristiwa mengerikan masa lalunya. Dan sebagai seorang manusia biasa yang untuk pertama kalinya menyaksikan secercah keagungan dibalik kengerian kehidupan alam liar.



Secara keseluruhan, TLoT berhasil menyajikan sebuah petualangan yang baru dengan ketegangan dari pertarungan epik berbalut drama yang cukup panjang, bermula dari sebuah percikan api kecil yang kesannya makin lama makin berkobar. Walaupun sekilas visualnya sedikit mengingatkan kita pada film King Kong (2005) namun TLoT punya rasa tersendiri pada representasi tiap aspek sinematiknya. Saya tidak terlalu merekomendasikan untuk menonton versi 3D nya. Versi 2D saja sudah cukup untuk pilihan "popcorn movie" anda minggu ini.

Sinopsis Review Film Bahasa Indonesia




Read Another


CATEGORIES


Tags


1 komentar :