Sabtu, 30 Januari 2016

Hampir Sarjana, Hampir... (part 2)


Ya begitulah selama kuliah, ada senengnya, ada nggaknya. Senengnya ya kalo soal nilai, syukurlah gak ada masalah, pengalaman coding ada lah beberapa walaupun belom pro dan sangat kurang. Soal hobi, ya tau sendiri lah ya saya ngidol sebagai refreshing, kadang download dan nonton film. Kadang ngoding dan desain grafis juga bisa dibilang hobi. Kadang ngobrol hal-hal tingkat tinggi sama temen, kadang hal gak penting juga diobrolin. Olah raga boro-boro. Asmara apalagi, ranah yang gak pernah kesentuh.

Jadi begitulah, saya pikir saya mengalami masa paling serius selama sejarah saya sekolah. Bener-bener gak ada hal lain di pikiran saya selain 'how to face the cruel world', gimana caranya menghadapi dunia yang kejam ini. Dimana orang pinter gak cuma satu , dimana orang yang mau sukses gak cuma dua, dimana orang licik gak cuma tiga.

Lalu saya jadi teringat kata-kata dosen saya kalau waktu itu tidak bisa diulang. Dan waktu inilah yang membuat kita mesti punya banyak pilihan, dan memilih satu pilihan pada waktu yang bersamaan. Kita gak bisa jadi orang IT dan dokter secara bersamaan. Mungkin itulah yang dinamakan loyalitas, totalitas. Fokus dengan apa yang dikerjakan. 

Mungkin ketika teman-teman membaca ini: ini orang kurang piknik kayaknya. Memang benar, selama kuliah saya jadi kurang piknik. Sampai akhirnya saya terjerumus dunia ngidol dan saya malah kelebihan piknik. Waktu itu, setahun lalu lebih kira-kira, tiap bulan ke fx sudirman. Ngapain? ya piknik. Tapi tetep, mulai kesini mulai agak berkurang intensitasnya. Mulai kurang piknik lagi.

Banyak sih yang saya sesalkan waktu kuliah yang tidak saya dapatkan. Tapi mau gimana? wajar, karena itu semua karena pilihan-pilihan tadi. Dan yang lainnya karena memang belum rejeki mungkin. Ambil saja contoh beasiswa. Saya tidak pernah dapat beasiswa dari manapun walaupun sudah diiming-imingi. Lalu ke luar negeri juga belum sempat. Waktu itu ada seleksi tapi gak lolos karena conversation bahasa inggris yang pas-pasan. Mulai dari situ saya baru sadar bahwa ternyata coding sampai jari keriting belom cukup bro, mesti ada banyak hal yang dipelajari, ya bahasa inggris tadi misalnya. Lalu gak pernah ikut kompetisi di luar, di dalem sih pernah, dan pernah menang. Ya gitu deh, beraninya di dalem doang.

Lagi-lagi tadi, semua masalah waktu dan pilihan ditambah keberuntungan ditambah niat kita juga maunya gimana. Akhirnya gak ada gunanya menyesal, sekarang tinggal bersyukur dengan apa yang sudah didapat selama 3,5 tahun, karena ya gak semua orang bisa kuliah. Beginilah yang direncanakan, beginilah yang didapat. Dan yang belum didapat, direncanain lebih matang lagi untuk kedepannya. :)

Kesimpulannya, itu semua bukan cerita yang luar biasa dan inspiratif sih,
Ini cerita mahasiswa biasa yang kebetulan punya blog.




Read Another


CATEGORIES



2 komentar :