Minggu, 04 Oktober 2015

[Movie Review] The Martian (2015)


the-martian-poster-download-blueray-720p
Every human being has a basic instinct: to help each other out. If a hiker gets lost in the mountains, people will coordinate a search. If a train crashes, people will line up to give blood. If an earthquake levels a city, people all over the world will send emergency supplies. This is so fundamentally human that it's found in every culture without exception. Yes, there are assholes who just don't care, but they're massively outnumbered by the people who do. ~ Mark Watney, The Martian

Tinggal di Mars adalah salah satu imajinasi manusia yang tidak mustahil. Namun untuk meraih planet merah itu bukanlah perkara mudah. 401 juta kilometer mesti ditempuh. Jika tiba disana pun kita disambut dengan iklim planet yang ekstrim. Astronot yang melakukan misi ke Mars itulah yang dijuluki Martian. Lalu bagaimana jika ada seorang manusia yang tertinggal disana?

Setelah kemunculan Everest minggu lalu, minggu ini para penikmat film disajikan satu lagi film box office yang mengangkat tema survival. Kisah The Martian diangkat dari novel berjudul sama karangan Andy Weir. Bercerita tentang Mark Watney (Matt Damon), seorang astronot yang harus bertahan hidup di planet Mars setelah mengalami satu insiden. Latar dan tema ini sekilas mengingatkan kita tentang kompleksitas 'Interstellar' tahun lalu atau atmosfir film 'Gravity' dua tahun lalu. Semua film luar angkasa yang berbudget besar dan terasa punya cerita sangat serius.

Namun uniknya, The Martian disajikan lebih rileks dibanding tema survival pada umumnya. Dengan cerita yang berfokus pada kesendirian Mark di planet Mars, The Martian tetap melibatkan lebih banyak karakter di bumi dan kru kapal misi lain dengan skala keterlibatan yang lebih besar.

Dari segi naskah, film ini tidak hanya bercerita dari sudut pandang Mark namun mengacu pada sudut pandang karakter-karakter lain. Dengan disisipi banyak istilah astronautika yang cukup asing sehingga tiap masalah yang muncul pada film tidak mudah untuk dicerna. Namun begitulah fiksi ilmiah, tidak peduli kerumitan bahasa yang digunakan, benar atau tidaknya teori yang dilontarkan, akan tetap terlihat keren di mata awam.

Apresiasi tertinggi tentu ditujukan pada sosok Ridley Scott sang kreator film yang saya rasa meraih kejayaannya kembali karena berhasil memvisualisasikan setiap objek dan set tempat dengan begitu detail. Spesial efek yang menawan memperkuat cerita dan suasana yang makin tergambar nyata.

Dari yang kasat mata terlihat, setiap set tentu tidaklah murah. Dengan budget 108 juta dollar dengan kualitas film seperti ini tidaklah sia-sia. Bagaimana detail penampakan tanah merah Mars, informasi temperatur, kendaraan khusus planet yang futuristik, gravitasi buatan, alat-alat asing nan canggih ala NASA dan sebagainya.

Selain itu, Matt Damon telah melakukan tugasnya dengan baik. Jelas sebuah tantangan ketika hanya satu aktor menjadi pusat perhatian, dimana seakan dukungan dari pemain lain-pun tidak membantu performanya. Ya, Matt Damon yang harus melakukan one man show hampir sepanjang film, berhasil memberikan aksi terbaiknya.

Kejeniusan film ini juga dibuktikan bagaimana film ini bisa mengatur ritme cerita sehingga kisah manusia yang mencoba bertahan hidup sendirian dengan durasi 2 jam lebih ini tidak terasa membosankan. Ada saat dimana penonton tertawa akan kekonyolan Mark, ataupun menahan nafas disaat-saat kritis yang menegangkan. Pembagian scene yang rata antara planet Mars, kapal ruang angkasa pimpinan komandan Lewis dan kondisi di Planet Bumi membuat The Martian menjadi terkesan tidak statik.




Read Another


CATEGORIES



0 Comment :